News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Misteri Gunung Singgalang, Telaga Dewi dan Tumbuhan Yang Kokoh Berdiri Disekitarnya

Misteri Gunung Singgalang, Telaga Dewi dan Tumbuhan Yang Kokoh Berdiri Disekitarnya

Nuansamedianews – Gunung Singgalang memiliki ketinggian 2.877 meter di atas permukaan laut (mdpl), merupakan jenis gunung vulkanik namun sudah tidak lagi aktif dan erupsi terakhir pada 1800. Gunung ini secara administratif berada di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Gunung ini penuh dengan misteri dan bahkan beberapa kisah hilangnya para pendaki dan tidak ditemukan jasadnya.

Gunung Singgalang memang sepi dari pendaki, berbeda dengan gunung Marapi yang ada di seberangnya. Akan tetapi, gunung ini mengundang penasaran untuk datang karena terdapat sebuah danau dengan airnya yang tenang, jernih/bersih. Saking bersihnya tak ada daun sehelai pun yang mengapung di permukaannya.

Menurut cerita warga di kawasan gunung, apapun yang jatuh ke danau tersebut akan hilang, sepertinya ditelan ke dalam.

Danau tersebut diberi nama Telaga Dewi atau Danau Dewi. Telaga Dewi sendiri merupakan telaga tertinggi di Sumbar dan berada di ketinggian 2.765 mdpl dan memiliki luas sekitar 1 hektare.

Telaga Dewi dulunya adalah bekas kawah dan kini sudah tidak aktif lagi. Air pada telaga terasa dingin. Biasa pendaki yang mendaki gunung Singgalang lebih terfokus untuk mengunjungi Telaga Dewi dibanding ke puncak Gunung Singgalang itu sendiri.

Sedangkan jalan menuju ke puncak berada di sisi lain danau. Akan terlihat tiang-tiang dan kabel-kabel hitam di sepanjang sisi danau sebagai pemandu untuk mencapai puncak di titik tertinggi gunung. Dari Telaga Dewi ke puncak Gunung Singgalang hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.

Berbeda dengan puncak gunung pada umumnya yang biasanya ditandai dengan sebuah patok, di Gunung Singgalang yang menjadi tanda puncaknya adalah tower-tower pemancar yang di pagari kawat.

Jika mencapai Telaga Dewi melewati hutan lumut, maka untuk mencapai puncak akan melewati hutan yang sangat berlumpur dan licin.

Disisi lain, Telaga Dewi juga memiliki nilai sejarah dan mitologi yang kental. Menurut legenda setempat, Telaga Dewi merupakan tempat persembunyian Dewi Padi yang menjadi pelindung bagi masyarakat sekitar. Konon, kehadiran telaga ini di atas gunung ini dianggap sebagai berkah dan anugerah dari sang dewi.

Telaga Dewi ini masih jarang dieksplorasi oleh para pendaki. Keberadaannya tersembunyi di dalam kawasan hutan. Namun, pesona danau ini semakin menyebar melalui cerita para pendaki yang telah merasakan keajaiban alam yang tersimpan di puncak Gunung Singgalang.

Di sekitar telaga tumbuh pohon-pohon cantigi yang tinggi, tumbuh di sekelilingnya dan membuat telaga semakin teduh. Sebagiannya yang sudah tua dan tumbang ke bibir telaga, dan membuat tepian telaga ini semakin berwarna.

Selain Telaga Dewi, di Gunung Singgalang juga ada Telaga Kumbang yang terletak cukup jauh dari Telaga Dewi.

Di tepi Telaga Dewi, terdapat pula sebatang pohon yang usianya sudah cukup tua, namun sampai sekarang masih ada. Berdiri persis di pinggir telaga, tapi batangnya cukup kuat. Setiap warga yang sampai di puncak Singgalang merasa wajib naik pohon ini sebagai kenang-kenangan.

Di Gunung Singgalang tumbuh juga Cantigi. Nama tumbuhan ini unik dan mungkin tidak familiar bagi banyak orang. Namun, bagi para pendaki gunung, tumbuhan yang satu ini sudah tak asing.

Cantigi adalah tumbuhan yang umumnya tersebar sejak ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut (mdpl),

“Sobat Sudah Kenal Cantigi? Siapa yang tahu filosofinya? “Jadilah seperti cantigi, walau diterjang badai sekencang apapun, tetap tegak berdiri”. Betul begitu gak ya?,” dikutip dari akun @kementerianlhk.

Cantigi bernama latin Vaccinium varingiaefolium. Tumbuhan ini dikenal sebagai sang penjaga yang tak kenal lelah menunggu dan membantu para pendaki menuju puncak.

Saat kondisi jalur licin, pendaki dapat memanfaatkan batang dan akar Cantigi sebagai pegangan. Tidak perlu khawatir tumbuhan ini tercabut, karena Cantigi memiliki akar tunggang yang bercabang sehingga mencengkram kuat tanah.

Flora ini dapat tumbuh pada tanah dengan pH atau tingkat keasaman rendah dan hidup pada kondisi tanah yang mengandung aluminium tinggi.

Tumbuhan dari suku Ericaceae ini memiliki kayu keras, dan bengkok-bengkok. Bunga Cantigi berbentuk malai atau untaian yang berwarna sama seperti daun muda.

Bunga tersebut kemudian menjadi buah berwarna hijau. Buah baru berubah menjadi biru kehitaman saat matang.

Tumbuhan ini mudah dibedakan dengan tanaman lain melalui ciri-cirinya.

Belum banyak informasi mengenai tumbuhan ini. Sebagian besar informasi terkait dengan keberadaannya yang khas mendominasi sekitar kawah di pegunungan.

Suatu pemandangan yang khas muncul ketika mendekati daerah kawah adalah dominasi pepohonan kecil yang selalu hijau sepanjang tahun dengan pucuknya yang berwarna merah-ungu.

Peneliti Backer & Bakhuizen van den Brink (1965) mengungkapkan, tumbuhan ini pada daun, buah, dan batangnya digunakan oleh masyarakat yang tinggal sekitar tempat hidupnya. Daun tumbuhan ini dapat dimakan sebagai lalapan. Buah cantigi ungu yang berwarna kehitaman memiliki rasa manis dan juga dimakan. Batang cantigi ungu biasa digunakan untuk dibuat arang (Heyne, 1987; Ogata, 1986).

Populasi pohon Cantigi sekarang masih bisa ditemukan di hampir semua gunung di Indonesia. Cantigi merupakan tumbuhan yang tahan terhadap asap belerang dan tanah kawah beracun. Tapi sayang banyak pendaki gunung yang nggak tahu dengan Cantigi.

Cantigi masih kalah dengan kepopuleran Edelweis yang dipuja dan menjadi legenda bunga abadi di puncak gunung oleh kebanyakan para pendaki. Selain itu ada juga bunga padi yang sebagai penghias teman bunga Edelweis.

Populasi Cantigi bisa dinikmati dengan indah saat bulan Juli – Agustus, karena pada bulan – bulan tersebut Cantigi akan berbunga, bunganya kecil berwarna ungu gelap, berbentuk lonceng dan berbau seperti almond.

Kayunya sangat keras, daunnya agak tebal. Ketika muda ia bewarna kemerahan, kemudian akan berubah menjadi oranye, kekuningan dan akhirnya hijau.

Saat bulan itu juga Cantigi akan berbuah, berbentuk seperti beri warna hitam. Buah dan daun muda Cantigi bisa dimakan untuk menambah stamina serta nutrisi bagi para pendaki dan juga berkhasiat sebagai obat demam dan penyegar badan.(*****)

Editor; Redaksi.



Sumber (ARASYNEWS.COM)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar