News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Harta,Tahta, Wanita dalam Islam.

Harta,Tahta, Wanita dalam Islam.

Nuansamedianews.com - Kita sering mendengar tiga jenis godaan di dunia yang sering membuat manusia terlena, yaitu harta, tahta, dan wanita. Al-Qur'an juga menjelaskan bahaya tiga godaan tersebut. Daya tariknya yang memikat tak jarang membuat manusia lupa dengan Tuhannya sehingga mereka mudah jatuh dan terjerembab dalam lubang kehinaan. Ketiganya adalah bentuk ujian dan cobaan, fatamorgana yangmenyilaukan yang membuat manusia lupa dengan tugas utamanya di dunia ini.

Allah berfirman dalam Qs. Ali Imran [3]:14, “Dijadikan indah dalam (pandangan) manusia kecintaan terhadap apa apa yang diingini, yaitu wanita wanita, anak anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan di dunia, dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga)."

Mengapa harta, tahta, dan wanita bisa sedemikian berbahaya? Pelajaran apa yang dapat kita petik dari Al-Qur an dari kegagalan manusia dalam menempuh hidup & di dunia ini? Bagaimana sikap Rasululah SAW terhadap tiga godaan ini?

 1. Harta

Sebagai umat Nabi Muhammad saw, mau tidak mau kita harus meneladani perilaku beliau semasa hidup. Dalam hal materi, sikap zuhud beliau contohkan kepada umatnya. Beliau tidak silau dengan harta karena tahu bahayanya. Beliau tidak menggunakan haknya untuk menjadi kaya meskipun AIIah SWT telah menawarinya. Banyak hadits yang bercerita tentang kezuhudan beliau terhadap materi, di antaranya sabda beliau, “Aku ditawari dunia, namun aku menotaknya."(HR. Ibnu Abi Ad Dunya, Ahmad, dan Ath-Thabrani). Dalam hadits lain, beliau juga bersabda, "Seandainya aku memiliki emas sebesar Gunung Uhud niscaya 

akan kuinfakkan demi kecuali sedikit yang aku sisakan untuk menutupi utang.”(HR. Imam Bukhari, lmam Muslim' dan Umar).

  1, Zuhud itu apa.? Zuhud adalah membatasi diri sekedar mencari kebutuhan dari perkara-perkara yang sudah diyakini kehalalannya.

 2, Untuk menguatkan, saya kutip pendapat Imam Al-Ghazali. Ia berpendapat bahwa zuhud adalah meninggalkan kemewahan dunia karena mengetahui kehinaannya jika dibandingkan dengan kemuliaan kehidupan akhirat.

3, Berkaitan dengan hal ini, dari Abdul Abbas Sahl bin Sa’id al-Saa’idi RA., berkata, “Telah datang seorang laki-laki menghadap Rasulullah, tunjukanlah bagiku suatu amal yang apabila aku mengamalkannya, maka Allah serta manusia mencintaiku.’ Rasulullah SAW., bersabda, berzuhudlah kamu di dunia, niscaya Allah mencintaimu. Zuhudlah kamu terhadap apa-apa yang ada pada diri manusia, niscaya manusia mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah). 

Nafsu identik dengan keinginan. Bila dalam hidupnyamanusia terus bergelut dengan keinginan maka bisa dipastikan tidak akan ada habisnya. Berbeda dengankebutuhan hidup yang memang harus dipenuhi karena biladiabaikan sama saja dengan mengabaikan sunnatullah.

4, Makan adalah salah satu bentuk kebutuhan. Tanpa makan, tubuh manusia akan lemas dan sakit sehingga tidakmampu beribadah kepada Allah. Ketika berdoa kepada Allah SWT, Rasulullah saw hanya memohon agar kebutuhannya, bukankeinginannya, yang dicukupi, "Ya Allah, karuniakanlah rezeki kepada keluarga Muhammad berupa makanan pokok yang cukup untuk sehari di setiap harinya." (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Jika keinginan tidak dipenuhi, betapapun hal itu terasa sangat menyiksa, manusia tidak akan mati. Misalnya, keinginan memiliki mobil. Kadang manusia membutuhkan mobil bukan disebabkan oleh kebutuhan namun keinginannya. Biasanya, hal itu dilakukan semata-mata untuk menjaga pamor di depan oranng lain. Akibatnya, tak jarang untuk memenuhi tuntutan nafsunya itu mereka harus berhutang.

Ajaran Islam sendiri menganjurkan ummatnya untuk menjadi seseorang yang kaya raya sehingga dengan kekayaannya tersebut akan memberikan banyak kemaslahatan bagi dakwa Islam. Akan tetapi, bagi mereka yang lebih berhati-hati dalam hidup, tentunya lebih memilih zuhud sebagai gaya hidup yang aman.

5, Bahkan, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Kemiskinan dekat dengan kekufuran". Dalam hadits lain beliau juga berpesan, “Carilah harta seakan engkau hidup selama lamanya di dunia ini, dan beribadahlah dengan sungguh sungguh(khusyu') seakan engkau akan mati esok hari!” Sayangnya tidak sedikit umat Islam yang abai dengan hadits tersebut. Mereka berlomba lomba mencari kekayaan duniawi namun melupakan kehidupan ukhrawi. Mereka terobsesi dengan kehidupan duniawi tanpa diiringi pondasi batiniyah yang kuat.

 Apabila kekayaan materi tidak didahului dengan kekayaan batiniyah atau spiritual maka manusia akan mudah diperbudak oleh materi tersebut. Hidupnya cenderung diperbudak hawa nafsunya sendiri tanpa ia sadari. Ibarat rumah yang tidak memiliki pondasi yang kuat dan kokoh, pelan tapi pasti ia akan rubuh karena diterjang angin topan. Jika hal ini yang terjadi maka dirinya akan terperosok dalam lembah kehinaan dan kenistaan. Mereka lebih mengutamakan kehidupan yang fana ketimbang kehidupan yang kekal. Akhirnya, hanya penyesalan yang didapat di akhirat kelak.

Berkenaan dengan hal ini, kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah orang yang sangat serakah terhadap harta benda dunia, Qarun. 

6 Qarun adalah salah seorang umat Nabi Musa as. Seperti diceritakan dalam Al Qur'an, Qarun sebelumnya adalah hamba yang selalu dekat dengan Allah karena rajin menjalankan amal saleh. Dalam kondisi seperti itu, ia tak pernah diperbudak oleh pernak-pernik harta benda dunia. 

Namun, suatu ketika Qarun meminta kepada Nabi Musa as agar didoakan menjadi orang kaya. Meski Nabi Musa sudah mengingatkan bahwa materi akan membuat manusia terlena dalam menjalani kehidupan, Qarun bersikukuh dengan keinginannya. Dengan berat hati, Nabi Musa akhirnya mendoakannya dan permohonan beliau dikabulkan oleh Allah SWT, Apa yang terjadi kemudian? Perilaku Qarun berubah drastis. Kesombongan, kekikiran, dan keserakahan menutupi kesadarannya. Ia tidak mau mengeluarkan zakat dan sedekah Ia juga tidak lagi gemar menolong sesama. Harta kekayaannya telah menjadi 'Tuhan' yang ia puja puja.

7 Bahkan, ia mengaku kekayaannya semata mata hasil kerja kerasnya. Atas perilakunya ini, Allah SWT menimpakan siksaan kepadanya. Qarun dan harta bendanya ditenggelamkan ke dalam perut bumi melalui sebuah gempa yang dahsyat.

8, Allah berfirman dalam QS. A1 -Qashash [28]: 81,"Maka Kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada suatu golongan pun yang menolongnya dari azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).

Pada zaman sekarang, sering kita temui orang-orang yang bermental Qarun. Hari-hari mereka disibukkan dengan menimbun harta. Mereka tidak puas jika hanya memiliki satu mobil. Mereka juga tidak puas jika hanya memiliki satu rumah. Padahal, baik mobil-mobil atau rumah-rumah yang mereka miliki tidak semuanya mereka gunakan atau mereka tempati.

Allah SWT menciptakan segala sesuatu di jagat raya ini, memiliki perhitungan dan perencanaan tersendiri, pasti memiliki kegunaan, manfaat, dan fungsinya masing-masing, tidak terkecuali dalam penciptaan manusia. Kita dihadirkan ke alam semesta ini sebagai mahluk Allah yang paling sempurna, baik secara fisik maupun rohani. Dan sebagaimana terkandung dalam QS.Al-Baqarah [2]: 30, Allah Swt, menjelaskan kepada semua mahluk Nya, manusia adalah khalifah di muka bumi yang kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Menjadi khalifah berarti kita adalah wakil Allah di bumi yang harus menciptakan kedamaian dan kemakmuran, penuh keberkahan untuk kelak menjadi balasan kita diakhirat.(Bersambung)

Editor : Marthagon.


Source (Abdurrasyid) Dosen Fakultas Agama Islam dan Humaniora Universitas Pembangunan Panca Budi Medan

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar