News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pasaman Barat : Benarkah Negeri Kuno Ophir Kaya Emas yang Dikisahkan...?

Pasaman Barat : Benarkah Negeri Kuno Ophir Kaya Emas yang Dikisahkan...?

      Gunung Talamau: Pasaman Barat 

Nuansamedianews.com- Negeri Ophir atau kadang disebut juga Ofir, adalah suatu negeri atau wilayah yang dikatakan kaya emas, hasil alam dan barang berharga lainnya.

Dari negeri ini, konon negeri asal dari emas dan perhiasan yang diterima Nabi Sulaiman AS (Raja Salomo atau King Solomon) dari Raja Hiram (Hirom atau Huram) yang bekuasa antara 980 sampai 947 SM.

Raja Hiram yaitu seorang Raja dari Kerajaaan Fenisia (Phoenician) dari Tirus (Tyre) sebuah wilayah yang sekarang berada di selatan Libanon.

Sedangkan Nabi Sulaiman AS atau Raja Solomon (990-931 SM), mulai berkuasa menjadi raja sekitar 970 sampai 931 SM.

Nabi Sulaiman AS menerima kargo emas, perak, kayu algum, batu mulia, mutiara, gading, kera dan burung merak setiap tiga tahun.

Pada masa kini diperkirakan nilai upeti emas yang diberikan kepada Nabi Sulaiman AS tersebut senilai lebih dari US$ 60 trilyun dollar Amerika atau US$60 trillion.

Misal, jika di rupiah kan dengan kurs US$ 1 dollar AS = Rp. 13.000, maka sebesar Rp 780.000 trilyun, atau Rp 780 kuadriliun. Nah, pusing khan?

Pada waktu itu, mungkin saja dari seluruh negeri dan kerajaan di seantero planet Bumi ini, mungkin hanya Negeri Ophir yang mampu menghasilkan kekayaan sebesar itu.

Tapi, dimanakah letaknya Negeri Ophir?

Dimana tepatnya letak atau keberadaan negeri yang bernama Ophir ini, masih merupakan kontroversi dan misteri di kalangan para ilmuwan dunia hingga detik kini.

Sejauh ini para ahli arkeolog, teolog, sejarawan dan para ahli dan peneliti lainnya memiliki beberapa teori tentang dimana letak, lokasi, posisi serta keberadaan Negeri Ophir yang kaya emas dan masih misterius ini.

Dalam literatur pra Islam Ophir disebutkan dalam tiga sumber Arab dan Ethiopia pra Islam yakni Kitab-al-Magall (The Kitab-al-Magall), Gua Harta Karun (The Cave of Treasure), dan Konflik Adam dan Hawa dengan Setan (the Conflict of Adam and Eve with Satan).

Kitab Al-Magall menyatakan bahwa pada zaman Reu, seorang raja Saba (Sheba) bernama “Pharoah” atau Firaun, menganeksasi Ophir dan Havilah ke dalam kerajaannya, dan membangun Ophir dengan batu-batu emas, karena batu-batu pegunungannya adalah emas murni.

Di dalam Al-Qur’an, walau Negeri Ophir tak disebut, namun dalam Al-Quran pada surat 21 yaitu Surah Al-Anbiyaa’ (Nabi-Nabi) pada ayat 81 disebutkan.

“Alisulaymaana alrriiha ‘aasifatan tajrii bi-amrihi ilaa al-ardhi allatii baaraknaa fiihaa wakunnaa bikulli syay-in ‘aalimiina”.

“Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.  Al-Anbiyaa’ 21: 81).

Memang tak disebutkan negeri Ophir dalam ayat Al-Quran diatas, namun ayat itu menerangkan keterkaitan antara kapal-kapal armada Nabi Sulaiman AS dengan sebuah wilayah atau negeri yang diberkati.

Bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman AS. berlayar ke ‘tanah yang Kami berkati atasnya’ (al-ardhi allatii baaraknaa fiihaa).

Tidak ada kepastian pasti mengenai lokasi tanah Ophir. Lokasi geografis Ophir digambarkan dengan cara yang persis sama dengan Tanah Punt (The Land of Punt).

Namun menurut penelitian Tanah Punt berada di Pulau Enggano, di lepas pantai Bengkulu.

Kedua negara itu, Punt dan Ophir berada jauh ke tenggara, dimana kapal mulai berlayar dari pelabuhan di Laut Merah menuju ke timur dan pelayaran berlangsung selama tiga tahun dalam kedua misi tersebut.

Barang-barang yang dibawa orang-orang Mesir dari Ophir kurang lebih sama dengan yang dibawa dari Punt dan pelabuhan lainnya.

Peta Zaman dulu Sumatera 

Dimana tepat nya letak atau keberadaan negeri yang bernama Ophir ini, masih merupakan kontroversi dan misteri di kalangan para ilmuwan dunia hingga detik kini.

Sejauh ini para ahli arkeolog, teolog, sejarawan dan para ahli dan peneliti lainnya memiliki beberapa teori tentang dimana letak, lokasi, posisi serta keberadaan Negeri Ophir yang kaya emas dan masih misterius ini.

Lokasi Negeri Ophir yang masih misterius

Lokasi misterius nya negeri Ophir masih menuai kontroversi hingga kini. Ada beberapa kemungkinan lokasi di seluruh dunia, misalnya di beberapa wilayah di Afrika, India, Sri Langka dan Filipina serta di beberapa belahan dunia lainnya.

Negeri Ophir di Pulau Sumatera?

Di Pulau Sumatra, tepatnya di wilayah yang sekarang menjadi provinsi Sumatera Barat, ada sebuah gunung yang dulunya bernama “Gunung Ophir”.

Oleh karenanya, ada ahli yang berpendapat bahwa negeri Ophir terletak di Sumatera, tetapi ada juga yang berpendapat berbeda.

Lebih tepatnya berada di deretan pegunungan bukit barisan, di wilayah Sumatera Barat terdapat sebuah gunung yang bernama Gunung Talakmau atau Talamau.

Apa yang menarik dari gunung ini? yang menarik adalah gunung ini pada masa lampau atau pada masa sebelumnya, bernama Gunung Ophir.

Mengenai dari mana asal-usul nama Ophir yang diberikan pada gunung tersebut, juga belum di dapat data sejarah yang pasti.

Gunung Talamau atau juga disebut Gunung Ophir adalah gunung yang berada di garis khatulistiwa (equator) dan sekaligus menjadikannya gunung tertinggi di wilayah Sumatera Barat.

Gunung ini terletak di Kabupaten Pasaman Barat, berdampingan dengan Gunung Pasaman yang berada di sisi barat daya.

Selain itu, Pulau Sumatera juga dikenal sebagai Swarnabhumi yang berarti tanah amas (Land of Gold).

Jadi sangat jelas dalam bukti sejarah tersebut, bahwa kedua nama Sumatera pada masa lalu itu terkait dengan kandungan dan hasil alam yang kaya akan emas.

Perlu juga untuk diketahui bahwa Pulau Sumatera pada zaman dulu kala disebut dalam bahasa Sansekerta sebagai pulau Swarnadwipa yang berarti pulau Emas (Island of Gold), seperti yang tertera pada prasasti Nalanda, tahun 860 Masehi.

Jadi sangat jelas dalam bukti sejarah tersebut, bahwa kedua nama Sumatera pada masa lalu itu terkait dengan kamdungan dan hasil alam yang kaya akan emas.

Emas di Pulau Sumatera (Gold in Sumatra Island)

                       Peta pulau Sumatera 
Sebelum Belanda, Jepang dan Inggris datang, bahkan jauh sebelum Portugis dan Spanyol datang, Nusantara sudah terkenal akan kekayaan emasnya.

Emas sebagai salah satu komoditas yang bernilai  sudah dikenal dan ditambang di nusantara sejak lebih dari seribu tahun yang lalu.

Selain situs tambang, banyak artefak yang ditemukan para arkeolog yang terbuat dari emas, baik berupa mahkota, perlengkapan peribadatan, perhiasan, hingga peralatan sehari-hari.

Mitos atau legenda dengan emas menjadi bagian dari kisahnya, masih dituturkan hingga kini. Secara empiris hal tersebut membuktikan bahwa sejak dahulu, beberapa daerah di negeri ini pernah menjadi pusat penambangan emas, pengrajin emas, hingga perdagangan emas.

Pusat tambang emas tertua Nusantara diantaranya berada di Sumatera. Menurut MJ Crow dan TM Van Leeuwen, jalur emas Sumatera berhimpitan dengan garis patahan karena adanya peristiwa geologi.

Proses mineralisasi emas ini terjadi berbarengan dengan munculnya basur magma sepanjang Bukit Barisan.

Interaksi magma dengan batuan dasar pada tekanan tertentu membentuk zona ubahan pada batuan induk lava dan tufa yang kemudian berperan sebagai batuan induk kaya mineral (host rock), termasuk emas.

Logam mulia tersebut banyak ditemukan disekitar kawasan bukit barisan seperti Martabe, Rawas, Bangko, Lebong dan Mandailing.

Perdagangan emas di pulau ini telah berlangsung lama. Berita mengenai Pulau Emas sudah sampai ke Eropa melalui cerita-cerita para pelaut Arab.

Penyair Portugis yang terkenal, Luiz de Camoens (1524-1580), menulis sebuah puisi epik “Os Lusiadas” (1572), tentang Gunung Ophir di Pasaman yang kaya emas, yang diperdagangkan oleh penduduk lokal dengan orang asing.

Melalui catatan Tome Pirse, seorang petualang di awal abad 16 telah diketahui bahwa emas telah diperdagangkan di seluruh kota pelabuhan di Sumatera terutama Barus.

Bahkan jauh sebelum itu, melalui tulisan Ptolomeus dalam Geographia pada awal abad ke-2, disebutkan bahwa pelabuhan tua di pantai barat Sumatra Utara tersebut, emas telah menjadi salah satu komoditas utama yang diperdagangkan selain kapur barus.

Emas yang diperdagangkan tersebut diperkirakan berasal dari sungai-sungai yang berhulu di sekitar Bukit Barisan.

Sebuah batu bertuliskan huruf Hindi yang berasal dari peradaban Hindu-Budha dari kerajaan Sriwijaya dan Melayu menceritakan bahwa “Sultan Sungai Emas” mengekspor emasnya ke hilir melalui sungai Indragiri dan Siak yang mengalir dari tanah tinggi Sumatera Barat ke pantai barat Sumatera.

Disebut pula bahwa orang Minang adalah yang pertama kali menempati jantung kerajaan Sriwijaya di sekitar Palembang.

Kerajaan Minangkabau yang kaya dengan emas merupakan pendukung dari Kerajaan Sriwijaya abad ke-7 pada masa kejayaan agama Buddha.

Hingga awal abad ke-17 tambang-tambang di daerah Minangkabau merupakan daerah yang paling kaya akan emas di seluruh kawasan itu.

Emas ditambang dari sungai-sungai di sebelah timur dan ditambang-tambang bukit Minangkabau. Dikabarkan bahwa pernah terdapat 1200 tambang emas di sana (Marsden 1783: 168; cf. Eredia 1600: 238-239).

Melalui perjanjian Painan, pada tahun 1662 VOC mendapat konsesi untuk berdagang di pantai barat Sumatra. VOC mulai mengeksploitasi kandungan emas di Tambang Salido pada tahun 1669 semasa jabatan commandeur VOC ketiga untuk pos Padang (Jacob Joriszoon Pit; 1667-23 Mei 1678).

Dua ahli tambang pertama yang didatangkan ke Salido bernama Nicolaas Frederich Fisher dan Johan de Graf yang berasal dari Hongaria.

Selama 150 tahun beroperasinya Tambang Salido tidak banyak yang diketahui orang, sampai kemudian Verbeek menerbitkan bukunya “Nota over de verrichtingen der Oost-Indische Compagnie bij de ontginning der goud- en zilveraders te Salida op Sumatras Westkust” (Catatan tentang tindakan VOC mulai menggarap sumber emas dan perak di Salido, Sumatra Barat; 1886).

Peta pada abad 16 sampai abad ke-17 menyebutkan Mount Ophir, yang merupakan Gunung Talamau sekarang, terletak sekitar 100 kilometer barat daya Tanjungemas yang terkenal pada zaman kuno untuk tambang emasnya.

Ini adalah bukti lain bahwa Ophir terletak di Sumatera, kemungkinan besar sebuah wilayah bernama ‘Tanjung emas’.

Jadi, dimana pastinya letak Negeri Ophir yang diberkati Tuhan itu masih belum bisa dipastikan, apalagi untuk dipecahkan oleh banyak ahli sejarah dan juga para ahli yang terkait dibidangnya.

Hingga kini, lokasi negeri yang kaya emas itu masih merupakan sebuah misteri besar bagi ilmuwan dunia. Mungkinkah negeri yang dikisahkan pada zaman Nabi Sulaiman itu sejatinya memang di Pulau Sumatera?

Bisa iya dan bisa juga tidak. Tapi yang pasti, bukti-bukti barang berharga, hasil alam, dan binatang yang dibawa untuk Nabi Sulaiman AS, semuanya ada di Pulau Sumatera.

Wallahu a’lam bish-shawabi, hanya Allah Maha Mengetahui yang sebenar-benarnya.

Editor (Marthagon)



Source (MARAWATALK.id)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar