News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Sejarah Tambang Emas Salido ketek Sumatra Barat, Tambang Emas Tertua di Indonesia yang Sekarang di kelola oleh...?

Sejarah Tambang Emas Salido ketek Sumatra Barat, Tambang Emas Tertua di Indonesia yang Sekarang di kelola oleh...?

      Ilustrasi 

Nuansamedianews.com - Kekayaan Nusantara dari dulunya hingga saat ini begitu luar biasa melimpah, baik itu di bidang pertanian hingga pertambangan. Kegiatan pertambangan dulunya sudah dipelopori oleh VOC, serikat dagang Belanda.

Dari perburuan rempah-rempah di beberapa wilayah Nusantara, Pertambangan juga menjadi perburuan yang tak kalah menjanjikan. Dahulu kala VOC sering mengirimkan orang-orang terbaiknya untuk melakukan penelitian pertambangan,termasuk kandungan emas dan lainnya.

Berbicara soal pertambangan, Pulau Sumatra merupakan salah satu daerah yang menjadi perhatian Belanda. Tambang Salido ketek atau Tambang Gunung Arum merupakan tambang emas tertua di Indonesia yang dikelola langsung oleh VOC.

VOC sudah mengelola pertambangan emas yang berada di Desa Salido Ketek, Nagari Tambang, Sumatra Barat ini selama kurang lebih 150 tahun. Di sekitar galian emas itu terdapat 300 anak tangga yang menuju perbukitan serta terowongan sepanjang 300 meter.


Konsesi Dagang VOC


Mengutip dari beberapa sumber, awal mula pembukaan tambang emas Salido ketek ini saat konsesi dagang VOC di Sumatra's Westkust melalui Perjanjian Painan. VOC kemudian berhak menguasai Pulau Cingkuak pada tahun 1662.

Dengan menguasai Pulau Cingkuak, VOC pun semakin mudah untuk menduduki Kota Padang. Bahkan, pulau ini berperan penting sebagai loji untuk keperluan perdagangan lada dan pala sekaligus mengelola tambang emas Salido ketek.

Secara periodisasi, Tambang Emas Salido ketek mulai berjalan sejak tahun 1669 setelah VOC berhasil menguasai Desa Salido Ketek yang bertujuan untuk keperluan dagang di Pantai Barat Sumatra.

Eksploitasi tambang emas Salido ketek ini berada di bawah jabatan Commandeur Jacob Horizon Pitt yang menjabat pada tahun 1667 hingga 1678. Ia adalah Commandeur VOC ketiga untuk wilayah Padang.


Datangkan Budak


VOC pertama kalinya mendatangkan pakar ahli tambang ke Salido ketek yang berasal dari Hongaria, yaitu Nicolaas Frederich Fisher dan Johan de Graf. Para pekerja tambang emas di sini sebagian besar adalah budak yang di bawa VOC dari Madagaskar serta tawanan perang. 

Selain budak asal Madagaskar, beberapa ahli juga menyebut di tambang emas Salido ketek juga mempekerjakan budak-budak yang berasal dari Pulau Nias. Dengan melakukan eksploitasi, tambang emas Salido ketek menyumbang keuntungan yang cukup besar.

Di samping mendatangkan budak, VOC juga mendatangkan beberapa pakar ahli seperti Johann Wilhelm Vogel asal Jerman, Benjamin Olitzsch dan Elias Hesse. Benjamin pun meninggal dunia pada tahun 1682 karena sakit. Ia dimakamkan di Pulau Cingkuak.


Mengutip peragaan museum geologi. wordpress.com, Elias Hesse mencatat mulai 9 November 1680 hingga 16 Juni 1681 sebanyak 32 dari 262 budak tambang di Salido ketek meninggal dunia.


Alami Kerugian


Seiring berjalannya waktu, tambang emas Salido ketek mulai menurun ketika di bawah arahan Gabriel Muller. Kehidupan di sana semakin memburuk serta faktor Belanda yang saat itu sedang berperang melawan Prancis sehingga berdampak ke negeri jajahannya.

Setelah sempat ditutup, tambang emas Salido kembali dibuka pada tahun 1724 serta mendatangkan ahli tambang asal Jerman, Mettenus. Namun, bertepatan dengan dibukanya Salido ketek, rupanya VOC juga menemukan spot penambangan baru di Jawa Barat.


Alhasil, usaha membuka tambang Salido ketek kali ini tampaknya tidak bernilai besar. VOC pun dilanda kerugian, akhirnya tambang Salido pun resmi ditutup kembali.


Kembali Meningkat


Pada tahun 1732, tambang emas Salido ketek dibuka lagi dengan meningkatkan eksplorasi dengan membuat lubang galian bernama cloon-tunnel sepanjang 300 meter. Rentang tahun 1732-1733 penghasilan emas di daerah ini terpantau meningkat.

Kemudian, eksploitasi emas di Salido ketek kali ini ada yang mendanai serta tergiur dengan keuntungan yang menjanjikan. Di bawah pimpinan yang baru yaitu Arthur Clay, mempekerjakan 6 orang ahli Eropa, dan 50 hingga 60 pekerja kontrak dan 200 orang kuli bebas. 

Namun, di bawah kendalinya tambang emas Salido terus merugi. Setelah itu, keadaan di daerah tersebut mulai memburuk dan akhirnya tidak lagi dilanjutkan sejak tahun 1928.

      Ilustrasi 

Kondisi Saat ini


Setelah hampir 150 tahun dieksploitasi oleh VOC dengan pasang surutnya, kondisinya kini hanya tersisa peninggalan-peninggalan sejarah saja. Contohnya saja seperti pembangkit listrik tenaga air yang di bangun oleh Belanda dan anak tangga yang jumlahnya sekitar 300 buah.

Kemudian di bagian hulunya terdapat sebuah terowongan dengan panjang kira-kira 500 meter yang dilengkapi jembatan air di bagian atasnya. Pembuatan jembatan air itu berfungsi menyalurkan air di atas sebuah lembah di perbukitan Salido ketek nagari tambang. Sekarang Pertambangan Emas Salido ketek nagari tambang mulai di Exploitasi kembali Oleh sebuah badan Usaha yang belum sempat di deteksi oleh media.(don)







Source (merdeka com.)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar