News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Jejak kelam sejarah PKI di Sumatra barat,yang nyaris terlupakan generasi muda.

Jejak kelam sejarah PKI di Sumatra barat,yang nyaris terlupakan generasi muda.

Jejak kelam sejarah PKI di Sumatra barat,yang nyaris terlupakan generasi muda

Nuansamedianews.com - Mengingat sejarah jejak kelam PKI di Sumatera Barat, sejarah yang masih menghantui dan nyaris terlupakan generasi muda.

Tragedi kelam yang melanda Indonesia pada 30 September 1965, melalui Gerakan 30 September (G30S), bukan hanya merupakan catatan hitam bagi sejarah bangsa, tetapi juga menyisakan trauma mendalam bagi masyarakat, termasuk di SumateraBarat. 

Peristiwa yang diwarnai oleh tindakan brutal dan kebangkitan politik ini membawa dampak yang berkepanjangan bagi masyarakat.Di tengah ketidakpastian dan ketakutan, banyak orang yang ditangkap dan dibunuh hanya karena dugaan keterkaitan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Meskipun peristiwa tersebut telah berlalu puluhan tahun, jejaknya masih terasa hingga kini.

Jauh sebelum itu, gerakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) muncul di Ranah Minang, yang kemudian ditumpas oleh pasukan dari Jawa Tengah. 

Penumpasan ini meninggalkan luka yang mendalam dan menciptakan kekosongan kekuasaan di daerah tersebut, sehingga memberikan ruang bagi pengaruh PKI untuk berkembang. 

Pengaruh PKI di Sumatera Barat sangat signifikan. Pada masa itu, PKI tidak hanya beroperasi secara sembunyi-sembunyi tetapi juga memiliki pengikut yang cukup banyak di Sumatera Barat. 

Dikutip dari laman resmi suarasumbar.id data menunjukkan bahwa sekitar 25.653 orang ditangkap pasca-G30S, dengan banyak di antara mereka berasal dari kabupaten dan kota di Sumbar. 

Kabupaten Padang Pariaman dan Tanah Datar menjadi wilayah dengan angka penangkapan tertinggi, menunjukkan betapa dalamnya pengaruh PKI di daerah ini. 

Tindakan penangkapan ini tidak hanya dilakukan oleh pihak militer tetapi juga mendapat dukungan dari masyarakat yang menganggap bahwa PKI adalah ancaman bagi negara.

Setelah terjadinya G30S, banyak kalangan di Padang, termasuk mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam dan kelompok mahasiswa lainnya, mulai berani bersuara menentang PKI. 

Mereka menuduh PKI sebagai dalang di balik kudeta yang terjadi. Pada 3 Oktober 1965, aksi spontan berupa corat-coret dengan pesan anti-komunis dilakukan di berbagai sudut kota, menunjukkan bahwa semangat perlawanan terhadap komunisme mulai menggelora.

Namun, aksi ini tidak berlangsung lama karena mendapat peringatan dari pejabat militer setempat. 

Meskipun demikian, setelah dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) oleh Soeharto, gerakan anti-PKI di Sumatera Barat mulai mendapatkan momentum yang signifikan. Angkatan 66, yang merupakan gabungan mahasiswa dan pemuda, aktif melakukan unjuk rasa menuntut pembubaran PKI dan pengusiran mereka dari ranah politik. 

Berbagai aksi sweeping dilakukan terhadap individu-individu yang dianggap terlibat dalam PKI, menunjukkan betapa maraknya rasa kecurigaan dan permusuhan terhadap mereka.

Salah satu aksi yang paling dikenal adalah pencopotan tanda pangkat Jaksa Tinggi Sumbar, Suwarno, yang dituduh sebagai komunis.Aksi ini dipimpin oleh Saidal Bahauddin, seorang mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 

Tindakan ini menjadi simbol perlawanan generasi muda terhadap pengaruh PKI dan Orde Lama. Namun, aksi-aksi ini tidak tanpa konsekuensi. 

Korban jiwa pun berjatuhan, seperti yang dialami Ahmad Karim, seorang pelajar yang ditembak mati saat demonstrasi.

Kematian Ahmad Karim memicu gelombang unjuk rasa yang lebih besar di berbagai kota di Sumatera Barat, menggambarkan betapa kuatnya semangat perlawanan masyarakat saat itu.

Jejak PKI di Sumatera Barat telah meninggalkan dampak yang mendalam, baik secara sosial, politik, maupun psikologis.Ketegangan yang terjadi pada masa itu tidak hanya menghancurkan kehidupan banyak orang, tetapi juga menciptakan mistrust di antara warga. Identitas masyarakat Sumatera Barat pun terbentuk dalam konteks trauma sejarah yang menyertainya, di mana perdebatan mengenai komunisme dan paham-paham politik masih menjadi topik sensitif hingga saat ini. 

Masyarakat yang pernah mengalami masa-masa kelam ini sering kali hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan kembali terulangnya peristiwa serupa.

Meskipun peristiwa G30S dan dampaknya sangat besar, banyak orang di generasi muda yang tidak mengetahui detail tentang tragedi ini.Proses pendidikan sejarah di sekolah-sekolah sering kali tidak memberikan penekanan yang cukup pada peristiwa ini, sehingga mengakibatkan hilangnya ingatan kolektif. 

Ini menjadi tantangan bagi masyarakat untuk memastikan bahwa sejarah kelam ini tidak dilupakan. Kegiatan seperti seminar, pameran, dan diskusi tentang sejarah PKI di Sumatera Barat perlu dilakukan untuk mengedukasi generasi muda dan membangkitkan kesadaran akan pentingnya memahami sejarah.

Jejak PKI di Sumatera Barat merupakan bagian penting dari narasi sejarah Indonesia yang kompleks. Tragedi G30S bukan hanya sebuah peristiwa, tetapi merupakan titik balik yang membentuk wajah politik dan sosial di Sumatera Barat. Meskipun peristiwa itu telah berlalu, dampak dan trauma yang ditinggalkannya masih dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. 

Editor (Marthagon)




Source (RBTVCAMKOHA.COM)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar