DENGAN KONSEP TAKWA, MEMBANGUN TATANAN KEHIDUPAN
Dengan konsep Takwa, MEMBANGUN TATANAN KEHIDUPAN
Nuansamedianews.com - "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantaramu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat : 13)
Umat manusia di muka bumi ini sebenarnya adalah bersaudara. Satu keturunan, berasal dari bapak dan ibu yang sama yakni Adam dan Hawa. Kemudian kita terpencar-pencar menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, dengan budaya-budaya yang sangat beragam. Karena masih bersaudara itu, maka sebenarnya kita memiliki sifat-sifat dasar yang sama dan memiliki potensi untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan yang harmonis dan saling membahagiakan. Bukan tata kehidupan yang saling menyakiti dan menyengsarakan, sebagaimana yang kita saksikan dalam kehidupan kita saat ini.
Surat Al-Hujurat ayat 13 diatas, sangat jelas dan tegas Allah SWT memerintahkan kita umat manusia untuk saling kenal mengenal antar sesama manusia yang cenderung semakin terpisah ini. Kita adalah satu keluarga. Tak ada yang lebih baik atau lebih buruk diantara kita. Tak ada yang lebih berkuasa atau pantas dikuasai diantara kita. tak ada yang lebih mulia atau nista di antara kita . Bukan pula yang paling tampan atau cantik. Dan Bukan pula warna kulit, keturunan, jabatan dan kekayaan yang menjadi tolak ukur kualitas diri kita, akan tetapi Kualitas kita diukur dan ditentukan oleh sebuah ukuran universal yang sama yakni yang paling banyak memberikan manfaat kepada sekitarnya dan banyak berbuat amal kebajikan, yang oleh Allah disebut “Laallakum tattaqun” – orang yang bertakwa diantaramu.
Berdasarkan Konsep Takwa inilah sebenarnya tatanan kehidupan yang harus kita bangun, karena tatanan kehidupan yang dibangun atas dasar-dasar takwa yang kemudian akan menghasilkan tatanan kehidupan yang membahagiakan. Dimana kehidupan masyarakat akan mendapatkan limpahan keberkahan dari langit dan bumi.
“jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah ia akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat kami, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al-A’raf : 96)
Pertanyaanya, bagaimana mewujudkan tatanan kehidupan yang berdasarkan konsep takwa tersebut ?
1. Masyarakat yang berorientasi kepada Allah
Islam adalah agama penuh rahmat bagi orang-orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan beriman kepada Allah.
”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah...” (QS. Ali Imran : 110)
Membangun tatanan kehidupan yang rahmatan lil’alamin di muka bumi ini hanya akan dicapai lewat paket ayat diatas yakni mengajak pada kebaikan dan hal-hal yang baik, mencegah perbuatan keji dan munkar, serta mengorientasikan tujuan hidupnya hanya kepada Allah. Ketiga paket ini adalah satu kesatuan yang utuh. Jika paket itu kita ambil salah satu atau sebagiannya saja, maka tatanan kehidupan yang rahmatan lil’alamin tidak akan tercapai. Mengambil amar ma’ruf tanpa melakukan nahi munkar akan sulit menciptakan tatanan yang penuh rahmat. Sebaliknya, mencegah perbuatan jahat tanpa berbuat kebajikan juga tidak akan menghasilkan tujuan yang diidamkan. Bahkan kalau pun kita mengambil keduanya : Amar Ma’ruf Nahy Munkar dilaksanaka, tetapi tanpa dilandasi iman kepada Allah, maka tatanan kehidupan yang akan kita bangun akan tidak jelas dan rapuh, akibatnya banyak penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi. Masyarakat yang mengajak kepada kebaikan, mencegah kemungkaran dan berorientasi kepada Allah adalah fatwa universal dalam kehidupan yang berdasarkan pada konsep takwa.
2. Masyarakat yang memiliki rasa sosial dan solidaritas yang tinggi.
Tatanan kehidupan berdasarkan konsep Takwa akan terbangun jika masyarakatnya adalah orang-orang yang suka menolong orang lain dengan menggunakan harta bendanya. Empatinya besar dan rasa sosial dan solidaritasnya tinggi. Bahkan bukan hanya saat dia sedang kaya raya, dalam keadaan pas-pasan pun sifat suka menolongnya masih tetap menonjol. Tidak dibuat-buat, tapi muncul dari keikhlasan hatinya.
3. Masyarakat yang memiliki kemampuan kontrol diri
Yaitu masyarakat yang tidak pendendam. Masyarakat yang jauh dari rasa benci, iri dan dengki, tetapi gampang memaafkan. Dalam kondisi apapun dia tidak begitu saja melepaskan amarah. Bukan berarti tidak bisa marah, tetapi sangat sulit untuk marah, karena kemarahan tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, tetapi justru memunculkan masalah baru. Realitas kriminalisasi dan perilaku masyarakat saat ini berupa Pembunuhan, pertikaian. Bentrokan antar masyarakat, pertengkaran dirumah tangga yang berujung pada perceraian, korupsi, gratifikasi, saling memfitnah, ujaran kebencian dan hoax salah satu faktor penyebabnya adalah karena ketidakmampuan kita mengkontrol diri.
Ilustrasi
Selain itu, tatanan kehidupan yang akan kita bangun adalah masyarakat yang gampang memaafkan. Tidak ada manusia yang tidak bersalah, termasuk kita yang hadir saat ini. Semua kita saat ini sedang berproses untuk menjadi lebih baik, kecuali orang-orang yang sengaja menjadi kafir.
Masyarakat yang memiliki pandangan bijak seperti itu pasti akan mampu mengontrol dirinya (amarah-red), dan gampang memaafkan. Bukan karena terpaksa, melainkan karena kefahaman bahwa berbuat bijak akan lebih menguntungkan dari pada bertindak emosional tanpa perhitungan. Itulah konsep takwa. Kemampuan kontrol diri berdasarkan kepahaman, kebijaksanaan dan kemanfaatan bersama.
Kita bisa bayangkan jika tatanan kehidupan seperti ini dapat kita bangun ditengah-tengah keluarga, dilingkungan kerja dan masyarakat, berbangsa dan bernegara, tentu hasilnya luar biasa. Hidup kita akan aman dan penuh berkah, karena kita semua melakukan amar ma’ruf dan nahy munkar, orientasi hidupnya kepada Allah, tidak ada keinginan untuk saling menyakiti orang lain, yang ada hanyalah ingin menolong orang lain, dalam keadaan sempit maupun lapang. Dan jika orang atau kelompok lain berbuat salah, tidak ditanggapi secara emosional tapi dengan ringan hati dan penuh kebijakan dan keikhlasan untuk memaafkan.
Kita tentu merindukan tatanan kehidupan seperti ini, damai dan bahagia, karena Setiap individu tidak berpikir untuk dirinya sendiri, melainkan berpikir untuk kebersamaan. Manusia dengan manusia adalah sederajat. Kita semua berkawan, bersahabat dan bersaudara. Tidak ada yang lebih berhak terhadap yang lain, apalagi untuk memerintah dan menguasai secara paksa, karena memerintah dan menguasai itu hanya hak sang pencipta, Allah SWT. Manusia dengan manusia yang lain hanyalah saling bekerjasama dan saling membantu untuk menciptakan kebahagiaan bersama. Inilah konsep membangun kehidupan berdasarkan Takwa, jika ini dapat kita realisasikan dalam kehidupan kita masing-masing, maka insya Allah kehidupan kita ini akan kembali kepada fitrahnya, tenteram, sejahtera dan bahagia.
Editor : (Marthagon)
Posting Komentar