News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kekuatan Hati, Pikiran, dan Jasmani.

Kekuatan Hati, Pikiran, dan Jasmani.

 Kekuatan Hati, Pikiran, dan Jasmani.

Ilustrasi 

Nuansamedianews.com - Setidaknya manusia dikaruniai tiga kekuatan yaitu hati, pikiran, dan jasmani. Manakala ketiga-tiganya itu sehat, dan berhasil digunakan secara sempurna, maka keberhasilan hidup akan dengan mudah diraih. Problemnya adalah ketika di antara ketiganya, hati, pikiran dan jasmani, ada yang sakit atau tidak berfungsi, maka akan terjadi masalah pada diri yang bersangkutan. Masalah itu akan lebih berat dan sulit dipecahkan manakala yang sakit itu adalah hati dan pikirannya.

Orang yang sedang sakit jasmani tersedia rumah sakit dan dokter yang mengobati, apalagi teknologi kesehatan sekarang ini sudah semakin canggih. Penyakit jantung, kanker, stroke, diabetes, dan lainnya yang dahulu sangat menakutkan, sekarang ini sudah ditemukan obatnya. Sekalipun biaya untuk mengobati penyaklit itu mahal, tetapi paling tidak, dengan kemajuan teknologi di bidang kesehatan itu, para penderitanya sudah ada kemungkinan untuk diotolong.

Berbeda dengan penyakit jasmani, adalah penyakit hati dan pikiran. Penyakit yang ada pada keduanya sangat suilit untuk diobati, kecuali oleh dirinya sendiri. Orang yang berpenyakit dengki, takabur, hasut atau iri hati, terlalu mencintai harta dan kekuasaan, suka berbohong, dan lain-lain, maka akan sangat sulit disembuhkan. Penyakit itu tidak kelihatan, akan tetapi memiliki kekuatan perusak yang luar biasa.

Orang yang berpenyakit hati, dirinya sendiri saja tidak mengetahui bahwa dirinya sendiri sedang sakit. Justru yang merasakan bahwa seseorang sebenarnya sedang sakit adalah orang lain. Penyakit hati sebagaimana disebutkan dimuka, akibatnya ditanggung atau dirasakan orang lain. Sementara itu orang lain tidak bisa mengobatinya.

Bahaya penyakit hati itu semakin besar, manakala yang menderita adalah orang yang sedang memiliki kewenangan atau kekuasaan. Orang berkuasa, tetapi berpenyakit sombong, dengki, suka berbohong, terlalu mencintai harta kekayaan, maka semua itu akan berakibat menjadi perusak. Banyak orang akan mengalami kesusahan, disebabkan oleh penyakit yang diderita oleh pimpinan atau orang yang berkuasa.

Korupsi, kolusi, dan nepotisme yang mengakibatkan banyak orang menjadi miskin, bodoh dan menderita, adalah sebenarnya akibat saja dari orang-orang yang menyandang penyakit hati dan pikiran. Kecintaan terhadap harta yang berlebihan misalnya, maka uang kantor atau uang negara dibawa pulang. Administrasi atau manajemen dirusak, dan bahkan mental orang lain atau bawahannya menjadi sakit, oleh karena penyakit hati dan pikiran pimpinannya.

Penyakit jasmani hanya akan menjadikan yang bersakutan saja menderita, atau merasa sakit. Akan tetapi penyakit hati dan pikiran, biasanya yang akan menangung derita justru orang lain. Pemimpin yang sedang memiliki pikiran jelek, misalnya ingin agar menang sendiri, dan sebaliknya selalu berusaha menjatuhkan orang lain, maka tidak saja lembaga yang berada di bawah kewenangannya yang rusak, tetapi mental orang-orangnya pun akan menjadi sakit dan bahkan rusak.

Sebaliknya, manakala hati dan pikiran seseorang sehat, maka akan menjadi kekuatan yang luar biasa. Orang yang hati dan pikirannya sehat, tatkala melihat ada sesuatu yang jelek atau rusak akan segera memperbaikinya. Hati yang sehat juga akan melahirkan rasa kasih sayang, peduli pada orang lain, ikhlas, jujur, amanah, dan mencintai apa saja yang mendatangkan kebaikan. Orang yang berhati dan pikiran sehat, selalu memberikan manfaat dan kebahagiaan orang lain.

Sejak beberapa tahun terakhir ini, bangsa Indonesia ini selalu diwarnai oleh berbagai problem, misalnya konflik atau permusuhan, saling menjatuhkan antar sesama, korupsi yang menjadi-jadi, dan lain-lain. Semua itu sebenarnya adalah sebagai akibat dari penyakit hati dan pikiran. Penyakit itu tidak ada obatnya kecuali datang dari diri yang bersangkutan sendiri. Sayangnya, orang yang sedang berpenyakit seperti itu tidak merasa bahwa dirinya sakit. Penyakit itu obatnya adalah kesadaran diri, dan kembali kepada Tuhan. Caranya tentu, mengikuti contoh atau tauladan yang diberikan oleh Rasul-Nya. Wallahu A,lam.(Donred)





Source: (prof.Dr.H Imam Prayoga)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar